UPDATECEPAT.COM – Pemerintah Indonesia kembali memasang target ambisius di sektor maritim. Melalui forum bisnis dan business matching kelautan–perikanan yang digelar di Jakarta, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan perolehan investasi sebesar Rp 2 triliun atau sekitar US$120 juta. Acara ini dihadiri lebih dari 300 peserta, terdiri dari investor, pelaku industri, lembaga keuangan, perwakilan negara sahabat, hingga pemerintah daerah.
Forum tersebut menjadi panggung utama Indonesia dalam menampilkan potensi besar industri kelautan dan perikanan, terutama melalui program hilirisasi atau downstreaming. Pemerintah menilai hilirisasi merupakan strategi paling efektif untuk menggandakan nilai tambah produk perikanan nasional, dan kini mulai mendapat perhatian serius dari investor global. Sejumlah peluang yang dipromosikan mencakup pengolahan hasil laut, budidaya modern, ekspor komoditas bernilai tinggi, hingga peningkatan fasilitas rantai dingin dan logistik maritim.
Data yang dirilis KKP menunjukkan bahwa sektor ini sebenarnya sedang berada pada tren pertumbuhan yang kuat. Pada kuartal I 2025 saja, realisasi investasi di kelautan dan perikanan telah mencapai Rp 2,38 triliun, dengan subsektor pengolahan mendominasi kontribusi terbesar. Lonjakan ini memberikan dasar yang kuat bagi pemerintah untuk menaikkan ambisi menarik investasi baru melalui forum internasional tersebut.
Minat investor mancanegara juga terlihat jelas. Acara ini dihadiri perwakilan dari Belanda, Singapura, European Investment Bank, JICA Jepang, Swiss Import Promotion Programme, hingga Indo-Australia Business Council. Keterlibatan sejumlah lembaga internasional memperlihatkan bahwa Indonesia kini mulai dipandang sebagai pusat pertumbuhan baru bagi industri perikanan dunia, terutama karena permintaan global terhadap produk seafood terus meningkat.
Sejumlah analis menilai bahwa target investasi sebesar Rp 2 triliun tersebut bukan sekadar angka simbolis. Hilirisasi dianggap sedang berada pada momentum terbaik, ditopang oleh peningkatan kapasitas industri serta perbaikan regulasi yang memudahkan masuknya investasi. Pemerintah pusat dan daerah juga disebut semakin sinkron dalam memetakan peluang usaha, memberikan pendampingan bagi investor, hingga mempercepat proses perizinan. Di sisi lain, akses permodalan bagi pelaku usaha kecil dan menengah di sektor kelautan-perikanan juga meningkat, sehingga menciptakan ekosistem yang lebih sehat dan siap menerima aliran modal yang lebih besar.
Meski optimisme tinggi, para analis tetap mengingatkan adanya tantangan yang bisa menghambat realisasi investasi, antara lain infrastruktur rantai dingin yang belum merata, kesiapan pelaku usaha daerah, serta potensi perlambatan investasi global akibat gejolak ekonomi internasional. Konsistensi tindak lanjut antara pemerintah dan investor juga menjadi kunci agar komitmen yang tercipta dalam forum ini tidak berhenti pada angka, tetapi terwujud menjadi proyek nyata.
Apabila target investasi Rp 2 triliun berhasil dicapai dan direalisasikan, sektor kelautan-perikanan diperkirakan mampu tumbuh lebih agresif dalam beberapa tahun mendatang. Penguatan industri pengolahan, peningkatan kapasitas ekspor, perluasan lapangan kerja, serta pengembangan ekonomi wilayah pesisir diprediksi akan menjadi dampak langsung yang paling signifikan. Dengan arah kebijakan yang semakin jelas dan dukungan investasi yang semakin besar, sektor kelautan-perikanan berpeluang menjelma menjadi salah satu penopang ekonomi nasional di masa depan. (HSI)



